Monday, December 17, 2007

hurting someone else

Dalam rangka Natal, gua yang tergabung sebagai panitia kebagian tugas membuat kenang-kenangan berupa buku catatan kotbah. Di buku ini akan diselipkan beberapa lembar iklan. Untuk meraih pengiklan yang banyak, gua minta bantuan beberapa orang jemaat yang cukup aktif. Salah satunya ibu S. Gua bisa lihat betapa ibu S ini sangat aktif menawarkan iklan-iklan, lewat dia sendiri bisa terkumpul 1/3 dari perolehan iklan total.

Namun saat kenang-kenangan dibagikan, malamnya gua dapet SMS, ibu S menanyakan kok iklan dari keluarga dia tidak ada? Setengah gak percaya gua bolak-balik liat buku kenang-kenangan itu, dan memang tidak ada. Celaka! Gua telepon ke HP-nya, gak diangkat, akhirnya telepon ke rumah ibu S.

Gua berusaha minta maaf, tapi dia terlanjur kecewa. Dia merasa malu karena apa nanti kata orang-orang, kok ibu S semangat nawar-nawarin iklan tapi keluarganya sendiri tidak ikutan pasang iklan. Di situ gua gak bisa ngomong apa-apa lagi. Gua cuma bisa minta maaf, dan berjanji akan menebus kesalahan gua entah bagaimana caranya.

Setelah nelepon, Cindy yang disebelah gua cuma bisa menghibur gua yang mulai diam seribu bahasa, menghukum diri sendiri, kenapa gua bisa salah, kenapa gua teledor, kenapa musti ibu S yang terlewat? Ada 1 jam gua diam terpaku, cuma bisa merenung dan menyalahkan diri sendiri, gua menyesal bukan karena keteledoran, tapi karena perasaan orang lain sudah terluka gara-gara gua.

Setelah 1 jam berlalu, gua puter akal gimana caranya buat nebus kesalahan. Terpikir untuk membuat permintaan maaf di warta gereja yang terbit setiap minggu, dan menyertakan iklan dari keluarga ibu S. Tapi kata Cindy jangan seperti itu, nanti iklannya hanya dibaca sekali dan terbuang, padahal buku kenang-kenangan kan bertahan setahun. Cindy ngusulin bikin pembatas buku yang halaman depannya iklan dari ibu S, belakangnya kalender 2008.
Yah, setelah gua pikir2, sepertinya itu jalan keluar terbaik. Sore ini gua mau utarain cara tebus kesalahan gua ke ibu S, mudah-mudahan beliau bisa menerima solusi yang gua tawarin ini.

Inti moral : teledor itu berbahaya! Perasaan orang lain yang terluka sangat susah diobati.

Quick update :
Semalam ibu S udah bisa mengerti dan menerima itikad baik gua untuk bikin pembatas buku. Fiuuhh lega, akhirnya kita bisa sama-sama pelayanan di gereja lagi tanpa ada sakit hati atau rasa tidak enak. :)