Cuaca yang cerah menemani perjalanan ke Garut. Berduabelas kami mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) di Garut. Berangkat dengan 2 mobil, tak lupa membawa makanan untuk nantinya dibagikan. Perjalanan menempuh waktu kurang lebih 2 jam menyusuri jalan yang berkelok dan naik turun, bagi yang tidak biasa pasti mudah merasa mabuk perjalanan. Sambil ngobrol, cerita ini dan itu, tak terasa kami sudah memasuki Kabupaten Garut dan tidak lama kemudian kendaraan kami memasuki halaman Lapas.
Untuk bisa berkunjung apalagi berombongan, butuh usaha dan waktu yang tidak sedikit. Hamba Tuhan kami bernegosiasi dengan petugas untuk bisa masuk ke dalam memberikan siraman rohani bagi saudara-saudara kami yang sedang mengalami masa tahanan. Cukup lama kami menunggu, sampai-sampai anggota rombongan yang wanita sudah tidak tahan pingin buang air kecil. Sambil menunggu kami pun melihat sebuah bis tahanan yang datang lalu parkir di depan pintu depan yang senantiasa terkunci. 15 menit kemudian dibukalah pintu dari dalam, dan kira-kira 13 orang keluar dari pintu berpakaian bersih, dominan warna putih, satu persatu dari mereka masuk ke dalam bis sambil dikawal petugas yang siaga dengan senjata apinya. Rupanya mereka akan menjalani sidang hari ini, mudah-mudahan keadilan bisa mereka dapatkan.
15 menit berlalu dan akhirnya kami dipersilahkan masuk, satu persatu dari kami diberi tanda stempel di tangan sebagai tanda bahwa kami ini pengunjung atau tamu. Bergegas kami pun melangkah masuk ke bagian dalam Lapas. Di sekeliling ada beberapa bangunan, namun semua terkurung oleh dinding ram besi yang 10 meter tingginya. Di tengah ada lapangan, nampaknya itu tempat para penghuni lapas untuk melakukan kegiatan olahraga, apel rutin dan lain-lain. Agak ke belakang, ada gedung dengan layout huruf U, disanalah penghuni Lapas menghabiskan sebagian besar waktu mereka. Rindang pepohonan, taman yang asri menghiasi lingkungan lapas ini. Miris, suasana yang tenang dan tentram ini ada di tengah tempat yang paling dijauhi orang-orang.
Segera kami tiba di sebuah ruangan, kami dipersilahkan menunggu sebentar karena ruangan yang akan kami tuju masih dipakai oleh orang lain, rupanya ada siraman rohani bagi saudara kami yang berbeda iman. Sambil menunggu, saya perhatikan di dinding ada banyak papan tulis putih dengan daftar nama penghuni lapas tersebut. Kira-kira ada ratusan nama yang tertera dengan lama hukuman yang harus mereka jalani. Oh, rupanya ada yang harus mendekam 9 tahun karena kasus narkoba, ada yang 5 tahun, ada juga yang 'hanya' 1,5 tahun.
Acara di ruangan lain telah selesai, dan setelah ruangan dibereskan, kami pun melangkah masuk ke ruangan, kursi telah ditata rapi melingkar, cukup buat 20 orang. Pemusik sedang melatih kembali pujian yang akan dinaikkan, pemimpin pujian membagikan kertas-kertas lagu, dan kami kembali menunggu saudara-saudara kami yang sedang dipanggil untuk bisa bergabung dengan kami. Akhirnya 7 orang memasuki ruangan kami, 1 anak muda, 3 pria usia 30-40 tahun, 3 lagi sudah diatas 40 tahun.
Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday..happy birthday.. happy birth day to you. Lagu tadi menyambut kedatangan mereka, karena salah satu dari mereka sedang berulangtahun. Kami tidak tahu apakah orang yang sedang dinyanyikan lagu ulang tahun menyadari bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya, di lapas kan tidak ada televisi, jam tangan, benda elektronik, apa kalender juga tidak ada? Serta merta kami semua memberikan ucapan, menyalami dan memeluk bapak yang berulang tahun tadi. Anak-anak dari bapak itu langsung memeluk bapak mereka, kangen teramat sangat sudah sedikit terobati. Lega bisa melihat lagi keluarga mereka.
Kami pun melanjutkan acara persekutuan ini, menyanyikan pujian-pujian bagi Sang Raja. Lalu ada anggota rombongan kami yang memberikan kesaksian, ibu ini menceritakan betapa luar biasanya penyertaan Tuhan bagi dia dan keluarga. Dia mengakui saat mengetahui bahwa suaminya terkait masalah hukum yang cukup berat, dengan nilai uang yang hampir 4 miliar, rasanya sudah tidak ada harapan. Dia sempat berencana meminum obat tidur sebanyak-banyaknya, suaminya pun sempat berpikir untuk mengakhiri hidup dengan membawa mobil lalu terjun ke jurang. Namun, mereka segera tersadar bahwa cara itu bukanlah cara terbaik, masalah besar malah akan menghadang dan membuat anak-anak mereka lebih menderita lagi. Tapi Tuhan sungguh baik, mereka cepat sadar dan tidak bertindak nekat. Ibu ini tidak berpenghasilan, selama suaminya belum bisa pulang ke rumah, dari mana uang bisa didapat untuk bertahan hidup. Hampir 2 tahun sudah Tuhan menyatakan kesetiaan dan pemeliharaanNya. Rumah lama harus ditinggalkan, dalam waktu yang singkat ada tetangga yang dipakai Tuhan untuk menolong, rumahnya boleh di-overkontrak dengan harga 1/3 dari harga normal. Lalu setelah masa kontrak habis, pemilik rumah malah mempersilakan rumahnya dipakai tanpa biaya, alias gratis... hanya perlu dirawat layaknya rumah sendiri. It's a miracle. Anak-anaknya yang masih studi pun Tuhan tolong, nilai si kecil yang tadinya drop karena sedih merenungi nasib ayahnya, Tuhan buat berubah, hanya merah satu nilai saja. Satu anak lagi malah bisa meraih IPK yang baik. Sambil menceritakan kesaksiannya, ibu ini terus meneteskan airmata. Saya pun terharu melihat bagaimana Tuhan menolong keluarga mereka.
Lalu Firman Tuhan mulai diberitakan, anak sulung keluarga ini membagikan bahwa Tuhan pun ingin menolong mereka yang 'tersesat' masuk ke lapas ini. Semua manusia pasti pernah berbuat kesalahan, dan belum tentu orang yang tidak terpenjara lebih baik hidup dan kelakuannya dibanding mereka yang terpenjara. Tuhan selalu buka kesempatan buat siapapun yang mau menerima kasihNya, tidak terkecuali mereka yang terpenjara.
Tak terasa 2 jam sudah kami bersekutu, biasanya hanya boleh satu jam saja, namun Tuhan itu baik sehingga kami diijinkan mengadakan persekutuan lebih lama. Akhirnya kami pun harus berpisah, kami berpelukan memberikan semangat bagi saudara-saudara kami yang harus menjalani hukuman.
Sambil berjalan keluar, saya membayangkan bagaimana rasanya orang yang selesai menjalani masa hukumannya melangkah menuju pintu kebebasan. Senang, sukacita, bahagia, lega, puas... rasanya itu belum cukup untuk mewakili. Kudoakan agar Tuhan selalu memberikan kekuatan bagi mereka yang sedang 'tersesat' ini.
|