Friday, February 17, 2006

Gelembung Soda



Dalam kehidupan gua yang mulai terisi dengan pelayanan, terutama di gereja, ada saja yang terjadi dan terkadang itu menjadi masalah yang perlu dipecahkan. Sulit memang untuk memahami masalah itu satu persatu tapi alangkah baiknya dicoba dipahami daripada tidak sama sekali.

Ada seorang bapak yang mengajak berbicara, usianya memang tidak begitu muda tapi semangatnya gua akui masih menyala-nyala. Dia bercerita tentang bagaimana dia harus berjuang bangun pagi-pagi lalu pergi ke gereja untuk membenahi perlengkapan yang diperlukan untuk ibadah pada hari Minggu pagi. Setiba di gereja dia merapikan kabel-kabel microphone, mengatur sound system, merapikan tempat duduk, menyiapkan komputer beserta LCD Projectornya. Itu semua dilakukan supaya kebaktian bisa berjalan dengan lancar.
Namun dibalik itu semua ternyata yang bersemangat untuk melakukan itu semua hanya dia sendiri. Dia merasa cape, bahkan terkadang terjadi ketegangan dengan istrinya karena tidak ada lagi orang yang punya beban untuk melakukan apa yang dia lakukan.

Beban atau komitmen kadang hanya timbul sesaat, semacam gelembung soda sebotol Sprite yang tidak bertahan lama. Itu yang sering gua temuin di lingkungan pelayanan gua, orang-orang sangat bersemangat pada awal pelayanan tapi ternyata semangat itu mulai kendor seiring berjalannya waktu. Itu semua berdampak pada pelayanan yang tidak dipegang oleh satu orang namun beberapa orang. Sama saja seperti tubuh kita, kalo jempol kaki kita kegencet pintu sampai bengkak, maka seluruh tubuh kita merasakan efeknya, mau berjalan pasti agak susah. Atau sama seperti mobil yang rodanya empat yang semuanya harus berputar ke arah yang sama, karena kalau satu roda tidak mau berputar maka mobil itu tidak akan bergerak.

Mental yang dimiliki oleh orang-orang pun berbeda-beda. Ada yang memiliki mental seorang prajurit yang siap menerima perintah dan akan menjalankannya sekuat tenaga tanpa peduli harus mempertaruhkan jiwa raga. Tapi ada juga yang memiliki mental pemalas dimana dia tidak mau melakukan perintah dan jikalau dia mau menjalankan perintah pasti dengan ogah-ogahan, tidak bersemangat. Apa ada yang bisa mengubah mental pemalas menjadi mental prajurit?

Gua pikir selama orang itu mau berubah, dan benar-benar mau berubah serta melakukan perubahan, pasti mentalnya bisa seperti prajurit. Terkadang kalau gua lagi malas melakukan sesuatu, gua mulai berpikir kalau gua tuh udah mulai seperti pemalas, bukan prajurit lagi. Tapi sesaat kemudian Dia kembali mengingatkan dengan lembutnya kalau gua harus bersemangat lagi.